Kamis, 18 Agustus 2011

Tegar Di Atas Sunnah

Tegar Di Atas Sunnah


Minta Fatwa pada Hatimu

Posted: 18 Aug 2011 05:00 PM PDT

Pertanyaan:

assalamualaikum wr.wb
hadits mengenai, seorang sahabat yg bertanya kepada Rasulullah saw.
tentang perbedaan antar kaum muslim yg sering terjadi dan mana yang
benar ? Rasulullah menjawab tanya hatimu, sungguh hatimu serba
mengetahuinya yg mna baik.
(kira2 begitu bunyinya ustads…)
saya ingin menanyakan, apakah hadits ini shahih ?
karena menurut saya hati orang berbeda-beda sehingga, tanggapan orang
mengenai sesuatu itu juga pasti berbeda..
saya mohon penerangan atas masalah ini ustadz…
terimakasih,
wassalam…

Jawaban:

Hadits yang anda maksudkan teks arabnya adalah sebagai berikut:

يَا وَابِصَةُ اسْتَفْتِ قَلْبَكَ وَاسْتَفْتِ نَفْسَكَ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ الْبِرُّ مَا اطْمَأَنَّتْ إِلَيْهِ النَّفْسُ وَالإِثْمُ مَا حَاكَ فِى النَّفْسِ وَتَرَدَّدَ فِى الصَّدْرِ وَإِنْ أَفْتَاكَ النَّاسُ وَأَفْتَوْكَ

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Wabishoh, "Wahai Wabishoh, bertanyalah kepada hatimu, bertanyalah kepada jiwamu- Nabi katakan sebanyak tiga kali-. Kebaikan adalah apa yang hati merasa tenteram melakukannya. Sedangkan dosa adalah apa yang menyebabkan hati bimbang dan cemas meski banyak orang mengatakan bahwa hal tersebut merupakan kebaikan" [HR Ahmad no 18035, dinilai al Albani berkualitas hasan li ghairihi].

Tentang makna hadits ini, Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin mengatakan, "Sabda Nabi ini hanya berlaku untuk orang yang hatinya jernih dan sehat. Itulah hati yang merasa bimbang dan cemas jika melakukan dosa dan merasa tidak nyaman ketika ada orang yang melihatnya melakukan perbuatan tersebut.

Sedangkan orang yang memang gemar bermaksiat dan tidak mau taat kepada Allah, mereka adalah orang-orang yang hatinya mati. Mereka adalah orang yang tidak peduli dengan apa saja yang mereka lakukan. Bahkan sering kali mereka merasa bangga dengan dosa dan perbuatan mungkar yang mereka lakukan.

Jadi hadits di atas tidaklah bersifat umum dan berlaku untuk semua orang namun hanya berlaku untuk orang yang hatinya sehat, jernih dan bersih. Hati yang kondisinya semisal ini jika berkeinginan untuk melakukan perbuatan yang bernilai dosa -meski orang tersebut belum tahu bahwa perbuatan tersebut itu dosa dalam syariat- merasa bimbang dan khawatir kalau ada orang yang memergokinya sedang melakukan perbuatan itu. Inilah tanda perbuatan dosa yang ada di hati orang yang baik keimanannya" [Syarah Arbain Nawawiyyah hal 294-295, terbitan Dar Tsaraya Riyadh cet ketiga 1425 H].

Artikel www.ustadzaris.com

Artikel Terkait

KonsultasiSyariah: Membayar Fidyah dengan Uang

KonsultasiSyariah: Membayar Fidyah dengan Uang


Membayar Fidyah dengan Uang

Posted: 18 Aug 2011 09:11 PM PDT

Mengganti fidyah dengan uang

Bolehkah fidyah dalam bentuk uang?

Agus Sarjana (**sarjana@***.com)

Jawaban:

Bismillah.

Wajib untuk kita pahami kaidah penting, bahwa perkara yang Allah sebutkan dengan kalimat "memberi makan" atau "bahan makanan" itu wajib diberikan dalam bentuk makanan. Allah berfirman tentang ,

وَعَلَى ٱلَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ

"Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) , (yaitu) memberi makan seorang miskin." (Q.s. Al-Baqarah:184)

Kemudian, tentang kafarah sumpah, Allah berfirman,

فَكَفَّارَتُهُ إِطْعَامُ عَشَرَةِ مَساكِينَ مِنْ أَوْسَطِ مَا تُطْعِمُونَ أَهْلِيكُمْ

"Kafarah (melanggar) sumpah itu, ialah memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu." (Q.s. Al-Maidah:89)

Tentang fitri, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mewajibkan agar dikeluarkan dalam bentuk bahan makanan satu sha’, dan seterusnya.

Apa pun yang disebutkan dalam nash syariat dengan kalimat "makanan" atau "memberi makan" maka fidyah tidak boleh diberikan dalam bentuk uang.

Oleh karena itu, orang tua yang wajib membayar fidyah karena tidak puasa, tidak menggantinya dalam bentuk uang. Andaikan dia membayar fidyah dalam bentuk uang senilai bahan makanan sepuluh kali, hukumnya tetap tidak sah, karena dia menyimpang dari keterangan yang terdapat dalam dalil.

Demikian pula zakat fitri. Andaikan ada orang yang mengeluarkan zakat fitri dalam bentuk uang seharga bahan makanan sepuluh kali, ini tidak dapat menggantikan kewajiban membayar zakat dengan bahan makanan 2,5 kg, karena zakat fitri dengan uang tidak terdapat dalam dalil. Padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda,

من عمل عملاً ليس عليه أمرنا فهو رد

"Siapa saja yang melakukan satu amal, yang tidak ada ajarannya dari kami maka amal itu tertolak." (H.r. Bukhari dan Muslim) (Majmu’ Fatawa Syaikh Ibnu Utsaimin, 19:116)

Sumber: http://www.islamqa.com/ar/ref/39234

Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasi Syariah).
Artikel www.KonsultasiSyariah.com

Pembahasan: Cara membayar fidyah, mengganti fidyah, dan pembayaran fidyah

Kata Kunci Terkait: fidyah puasa, ganti puasa, ukuran fidyah, takaran fidyah, membayar fidyah

Lailatul Qadar dan Tanda-Tandanya

Posted: 18 Aug 2011 06:37 PM PDT


Apa sajakah tanda ?

Jawaban:

Di antara tanda-tanda lailatul qadar adalah sebagaimana yang disebutkan dalam hadis berikut ini.

Dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang tanda lailatul qadar,

ليلة طلقة لا حارة و لا باردة تصبح الشمس يومها حمراء ضعيفة

Dia adalah malam yang indah, sejuk, tidak panas, tidak dingin, di pagi harinya matahari terbit dengan cahaya merah yang tidak terang.” (H.r. Ibnu Khuzaimah; dinilai sahih oleh Al-Albani)

Kemudian, ciri yang lain adalah malam ini umumnya terjadi di malam-malam ganjil pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadan.

Dalil yang menunjukkan hal ini: Dari ‘Aisyah radhiallahu ‘anha, bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam selalu menghidupkan sepuluh malam terakhir bulan Ramadan. Beliau bersabda, "Carilah malam qadar di malam ganjil pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadan." (H.r. Al-Bukhari dan Muslim)

Barang siapa yang tidak mampu beribadah di awal sepuluh malam terakhir, hendaknya tidak ketinggalan untuk beribadah di tujuh malam terakhir. Dari Ibnu Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda tentang lailatul qadar, "Carilah di sepuluh malam terakhir. Jika ada yang tidak mampu maka jangan sampai ketinggalan ibadah di tujuh malam terakhir." (H.r. Muslim)

Catatan untuk mendapatkan lailatul qadar:

Selayaknya, kaum muslimin untuk tidak pilih-pilih malam untuk beribadah, sehingga hanya mau rajin ibadah jika menemukan tanda-tanda lailatul qadar di atas, karena bisa jadi ciri-ciri itu tidak dijumpai oleh sebagian orang. Mungkin juga, pada hakikatnya, ini adalah sikap pemalas, hanya mencari untung tanpa melakukan banyak usaha. Bisa jadi, sikap semacam ini membuat kita jadi tertipu karena Allah tidak memberikan taufik untuk beribadah pada saat lailatul qadar.

Sebaliknya, mereka yang rajin beribadah di sepanjang malam dan tidak pilih-pilih, insya Allah akan mendapatkan lailatul qadar. Sahabat Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu pernah memberikan nasihat tentang lailatul qadar, kemudian beliau berkata,

من يقم الحول يصبها

"Siapa saja yang malam sepanjang tahun, dia akan mendapatkannya." (H.r. Ahmad dan Abu Daud; dinilai sahih oleh Al-Albani)

Ketika mendengar keterangan dari Ibnu Mas’ud ini, Abdullah bin Umar mengatakan, "Semoga Allah merahmati Ibnu Mas’ud, sebenarnya beliau paham bahwa lailatul qadar itu di bulan Ramadan, namun beliau ingin agar masyarakat tidak malas." (Tafsir Al-Baghawi, 8:482)

Allahu a’lam.

***

Disusun oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasi Syariah).
Artikel www.KonsultasiSyariah.com
Pembahasan: Lailatul Qadar

Kata Kunci Terkait: lailatul qadar 2011, tanda lailatul qadar, lailatul qadar, keistemawaan lailatul qadar, malam lailatul qadar

Download Ebook Gratis “Menuju Hati yang Bersih”

Posted: 18 Aug 2011 12:58 AM PDT

“Menuju yang Bersih”

Alhamdulillah kami hadirkan untuk pembaca Konsultasi Syariah download ebook gratis “Menuju Hati yang Bersih”. Anda bisa men-download gratis ini yang semoga bermanfaat bagi anda untuk ber-muhasabah diri dalam meningkatkan kualitas hati kita.

Mukadimah Download Ebook Gratis “Menuju Hati yang Bersih”

Sesungguhnya siapa saja yang memperhatikan kondisi kebanyakan manusia saat ini, niscaya melihat suatu perkara yang sangat mengherankan. Dia akan melihat kebanyakan manusia menaruh perhatian yang berlebihan kepada penampilan lahiriah, memperindah dan mempercantiknya dengan berbagai macam aksesoris keindahan dan kecantikan, namun pada saat yang sama, dia akan melihat kelalaian dan keteledoran luar biasa terhadap keindahan, kebersihan dan kesucian batin!!

Berapa banyak waktu, tenaga dan energi yang dihabiskan untuk memperindah urusan-urusan lahiriyah, dengan melupakan perbaikan hati dan kesucian batin, sampai pada tingkat "tiada kemauan dan gairah" kecuali dalam rangka keindahan penampilan dan gaya, hingga ungkapan Allah subhanahu wata’aala tentang kaum munafiq benar-benar layak untuk mereka, sebagaimana firman-Nya,

وَإِذَا رَأَيْتَهُمْ تُعْجِبُكَ أَجْسَامُهُمْ وَإِن يَقُولُواْ تَسْمَعْ لِقَوْلِهِمْ كَأَنَّهُمْ خُشُبٌ مُّسَنَّدَةٌ يَحْسَبُونَ كُلَّ صَيْحَةٍ عَلَيْهِمْ هُمُ العدو فاحذرهم قاتلهم الله أنى يُؤْفَكُونَ

"Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum. Dan jika mereka berkata kamu mendengar perkataan mereka. Mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar. Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya) maka waspadalah terhadap mereka; semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran)." (QS. Al-Munafiqun: 4).

Demikianlah kondisi sekelompok umat manusia yang penampilan lahiriahnya sangat indah dan ungkapan-ungkapan kata-katanya sangat manis, namun semua itu tidak mengeluarkan mereka dari keberadaan mereka sebagai onggokan kayu yang tersandar, tidak berguna. Itulah pemandangan yang tidak berarti, manusia yang tidak punya akal nurani. Yang demikian itu adalah kondisi yang sangat rendah yang tidak mungkin seorang yang beriman rela untuk dirinya. Bahkan, iman seorang beriman tidak akan sempurna dan tidak akan bisa benar kecuali jika ia memperbaiki batinnya, membersihkan dan memperindah hatinya. Sebab, keindahan dan kecantikan lahiriyah sama sekali tidak berguna bagi seseorang manakala batin dan hatinya busuk dan kotor.

Allah subhanahu wata’aala berfirman sebagai bantahan atas sekelompok umat manusia yang terlena dengan keindahan kondisi dan kecantikan penampilan lahiriyah mereka di mana mereka mengira bahwa itu adalah tanda baiknya akhir kemudian mereka. Firman Allah,

وَكَمْ أَهْلَكْنَا قَبْلَهُمْ مِّن قَرْنٍ هُمْ أَحْسَنُ أثاثا وَرِءْياً

"Berapa banyak umat yang telah Kami binasakan sebelum mereka, sedang mereka adalah lebih bagus alat rumah tangganya dan lebih sedap dipandang mata." (QS. Maryam: 74).

Di dalam ayat ini Allah subhanahu wata’aala menginformasikan bahwasanya Dia telah membinasakan beberapa kelompok manusia yang sebelumnya mereka adalah merupakan manusia yang paling bagus postur tubuhnya, paling banyak harta kekayaannya dan paling tampan parasnya, namun semua apa yang mereka nikmati itu tidak berguna dan tidak dapat menyelamatkan mereka.

أَفَلَمْ يَسِيرُواْ فِى الأرض فَيَنظُرُواْ كَيْفَ كَانَ عاقبة الذين مِن قَبْلِهِمْ كَانُواْ أَكْثَرَ مِنْهُمْ وَأَشَدَّ قُوَّةً وَءاثَاراً فِى الأرض فَمَآ أغنى عَنْهُمْ مَّا كَانُواْ يَكْسِبُونَ

"Maka apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi lalu memperhatikan betapa kesudahan orang-orang yang sebelum mereka. Adalah orang-orang yang sebelum mereka itu lebih hebat kekuatannya dan (lebih banyak) bekas-bekas mereka di muka bumi, maka apa yang mereka usahakan itu tidak dapat menolong mereka." (QS. Ghafir: 82).

Jadi, keindahan batin dan keselamatan hati itu adalah dasar dan pondasi keberuntungan di dunia dan di hari Kiamat kelak.

Allah subhanahu wata’aala berfirman,

يابنى ءَادَمَ قَدْ أَنزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاسًا يوارى سوءاتكم وَرِيشًا وَلِبَاسُ التقوى ذلك خَيْرٌ ذلك مِنْ ءايات الله لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ

"Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutupi auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang lebih baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat." (QS. Al-A'raf :26).

Pada ayat tadi Allah menjelaskan bahwa pakaian takwa dan berhias dengan takwa itu lebih baik daripada keindahan penampilan lahir. Memperindah dan mempercantik diri dengan takwa tidak mungkin dapat direalisasikan oleh seseorang kecuali dengan memperbaiki, mensucikan dan memperindah hatinya, karena takwa itu tempat di dalam hati. Allah subhanahu wata’aala berfirman,

ذلك وَمَن يُعَظّمْ شعائر الله فَإِنَّهَا مِن تَقْوَى القلوب

"Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan syi'ar-syi'ar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketakwaan hati." (QS. Al-Hajj: 32).

Pada ayat itu Allah subhanahu wata’aala menjadikan penghormatan dan pengagungan terhadap syi'ar-syi'ar agama dan ajaran-ajarannya sebagai bukti adanya takwa di dalam hati seseorang.

Diriwayatkan di dalam Shahih Muslim, bersumber dari Abi Dzar radhiyallahu ‘anhu, beliau menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alahi wasallam bersabda, "Allah subhanahu wata’aala berfirman,

يَا عِبَادِيْ، لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَحِنَّكُمْ كَانُوْا عَلَى أَتْقَى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا زَادَ ذَلِكَ فِيْ مُلْكِيْ شَيْئًا. يا يَا عِبَادِيْ، لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَحِنَّكُمْ كَانُوْا عَلَى أَفْجَرِ قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِنْ مُلْكِيْ شَيْئًا

"Wahai sekalian hamba-Ku, kalau sekiranya seluruh kalian mulai dari yang pertama sampai yang terakhir, baik dari jenis manusia maupun jenis jin, mereka semua bertakwa setakwa-takwanya orang yang paling bertakwa di antara kalian, niscaya hal itu tidak akan menambah kerajaan-Ku sedikit pun jua. Wahai sekalian hambaku, kalau sekiranya seluruh kalian dari yang pertama hingga yang terakhir baik dari jenis manusia maupun jenis jin durhaka sedurhaka-durhakanya manusia di antara kalian, niscaya hal itu tidak akan mengurangi kerajaan-Ku sedikit pun jua." (HR.  Muslim no.2577)

Hadits ini menjelaskan bahwa dasar ketakwaan adalah ketakwaan hati, dan demikian pula bahwa dasar kedurhakaan adalah kedurhakaan hati. Dan di dalam hadits tersebut Nabi shallallahu ‘alahi wasallam juga mengaitkan takwa dan kedurhakaan dengan tempatnya, yaitu hati. Bahkan di dalam hadits lain Nabi shallallahu ‘alahi wasallam secara tegas menyatakan seperti itu, sebagaimana diriwayatkan oleh Muslim dari hadits Abi Hurairah radhiyallahu ‘anhu. Ia menuturkan, "Nabi shallallahu ‘alahi wasallam bersabda,

اَلتَّقْوَى هَاهُنَا، اَلتَّقْوَى هَاهُنَا، اَلتَّقْوَى هَاهُنَا

"Takwa itu di sini, takwa itu di sini, takwa itu di sini", beliau menunjuk ke dadanya." (HR.  Muslim no.2574)

Nabi shallallahu ‘alahi wasallam menunjuk ke dadanya, karena di dalam dada terdapat hati yang merupakan tempat bagi ketakwaan dan di dalam hati terdapat akarnya.

Silahkan download ebook gratis menuju hati yang bersih di link berikut:

***
Konten KonsultasiSyariah.com
Topik: Download ebook gratis

Kata Kunci Terkait: terapi hati, ebook islam, munafik, ebook, ebook gratis, hati