Selasa, 10 Januari 2012

KonsultasiSyariah: Obat Kumur Mengandung Alkohol

KonsultasiSyariah: Obat Kumur Mengandung Alkohol


Obat Kumur Mengandung Alkohol

Posted: 10 Jan 2012 06:43 PM PST

Obat Kumur Mengandung Alkohol

Pertanyaan:
Assalamu’alaikum ustadz.
Bagaimana hukum menggunakan obat kumur beralkohol? Jazakallahu khair

Dari: edwin

Jawaban:
Wa ‘alaikumussalam

Obat Kumur Mengandung Alkohol

Berikut fatwa dari Syaikh Abdurrahman As-Suhaim ditanya tentang obat kumur yang mengandung alkohol. Beliau mengatakan,

لا حرج في استعمال مثل هذا الغسول ، لأنه يُقصد منه التداوي . والصحيح أن الكحول ليست بنجسة . والله تعالى أعلى وأعلم .

Tidak masalah menggunakan obat kumur semacam ini, karena tujuannya adalah untuk pengobatan. Karena pendapat yang benar, alkohol tidak najis. Allahu a’lam.
[almeshkat.net]

Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasi Syariah)
Artikel www.KonsultasiSyariah.com

Materi terkait barang yang mengandung alkohol:

1. Bir dengan 0% Alkohol.
2. Berobat dengan Alkohol.
3. Memakai Kosmetik Berbahan Alkohol.
4. Apakah Tape Termasuk Alkohol?
5. Memakai Parfum yang Mengandung Alkohol.

Hakikat Ajaran Syiah (3)

Posted: 10 Jan 2012 05:05 AM PST

Hakikat Ajaran Syiah (3)

5. Orang Syiah –dalam hal ini diwakili oleh Khomaini– mengatakan bahwa Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam telah menyembunyikan sebagian risalah dan gagal membina umat.
Khomaini –semoga Allah memberikan balasan setimpal kepadanya- berkata,

وواضح أنَّ النبي لو كان بلغ بأمر الإمامة طبقاً لما أمر به الله، وبذل المساعي في هذه المجال، لما نشبت في البلدان الإسلامية كل هذه الإختلافات….

"Dan telah jelas bahwasannya Nabi jika ia menyampaikan perkara imamah sebagaimana yang Allah perintahkan (padanya) dan mencurahkan segenap kemampuannya dalam permasalahan ini, niscaya perselisihan yang terjadi di berbagai negeri Islam tidak akan berkobar….." (Kasyful-Asrar, Hal. 155).

لقد جاء الأنبياء جميعاً من أجل إرساء قواعد العدالة في العالم؛ لكنَّهم لم ينجحوا حتَّى النبي محمد خاتم الأنبياء، الذي جاء لإصلاح البشرية وتنفيذ العدالة وتربية البشر، لم ينجح في ذلك….

"Sungguh semua Nabi telah datang untuk menancapkan keadilan di dunia, akan tetapi mereka tidak berhasil. Bahkan termasuk Nabi Muhammad, penutup para Nabi, dimana beliau datang untuk memperbaiki umat manusia, menginginkan keadilan, dan mendidik manusa – tidak berhasil dalam hal itu…." (Nahju Khomaini, Hal. 46). Dan yang lainnya.[4]

Dimanakah posisi firman Allah Ta'ala yang menyatakan bahwa Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam adalah suri tauladan yang baik,

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah." (QS. Al-Ahzab: 21)?

6. Orang Syiah Mengafirkan Ahlussunnah
Jika mereka mengafirkan para shahabat radhiallahu'anhum, maka jangan heran seandainya mereka juga mengafirkan orang-orang yang sepemahaman dengan para shahabat radhiallahu 'anhum, yaitu Ahlussunnah. Berikut perkataan para ulama Syiah dalam hal ini:
Al-Mufiid berkata,

اتّفقت الإماميّة على أنّ من أنكر إمامة أحد من الأئمّة وجحد ما أوجبه الله تعالى له من فرض الطّاعة فهو كافر ضالّ مُستحقّ للخلود في النّار

"Madzhab Imaamiyyah telah bersepakat bahwasannya siapa saja yang mengingkari imaamah salah seorang di antara para imam, dan mengingkari apa yang telah Allah Ta'ala wajibkan padanya tentang kewajiban taat, maka ia kafir lagi sesat berhak atas kekekalan di neraka." (Awailul-Maqalat, Hal. 44 –sumber : http://www.al-shia.org/html/ara/books/lib-aqaed/avael-maqalat/a01.htm).

Orang yang mengingkari keimamahan versi mereka tentu saja adalah Ahlussunnah.
Yuusuf Al-Bahrani berkata,

إن إطلاق المسلم على الناصب وأنه لا يجوز أخذ ماله من حيث الإسلام خلاف ما عليه الطائفة المحقة سلفا وخلفا من الحكم بكفر الناصب ونجاسته وجواز أخذ ماله بل قتله

"Sesungguhnya pemutlakan muslim terhadap nashib (baca: ahlussunnah) bahwasannya tidak diperbolehkan mengambil hartanya dengan sebab Islam (telah melarangnya), maka itu telah menyelisihi apa yang dipahami oleh kelompok yang benar (baca: Syiah Rafidhah) baik dulu maupun sekarang (salaf dan khalaf) tentang hukum kafirnya nashib, kenajisannya, dan diperbolehkannya mengambil hartanya, bahkan membunuhnya." (Al-Hadaiqun An-Nadhirah, 12:323-324 –sumber: shjaffar.jeeran.com).
Berikut rekaman suara Yasir Habib yang mengafirkan ahlussunnah yang ia sebut sebagai Nawashib atau golongan awam:

Sebagai penguat, silakan baca/lihat:

7. Shalat Syiah Sangat Berbeda dengan Shalat Ahlussunnah
Langsung saja Anda buka halaman blog berjudul : Fiqh Syiah (5) : Kaifiyyah Shalat Syiah.
Adzannya pun lain, karena selain syahadatain, mereka menambahkan syahadat ketiga[5]. Simak:

Masih banyak sebenarnya kesesatan Syiah selain di atas.
MUI telah menetapkan kriteria sesat tidaknya satu kelompok atau pemahaman sebagai berikut:
1. Mengingkari rukun iman dan rukun Islam.
2. Meyakini dan atau mengikuti akidah yang tidak sesuai dalil syar’i (Alquran dan sunah).
3. Meyakini turunnya wahyu setelah Alquran.
4. Mengingkari otentisitas dan atau kebenaran isi Aquran.
5. Melakukan penafsiran Alquran yang tidak berdasarkan kaidah tafsir.
6. Mengingkari kedudukan hadis Nabi sebagai sumber ajaran Islam.
7. Melecehkan dan atau merendahkan para nabi dan rasul.
8. Mengingkari Nabi Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam sebagai nabi dan rasul terakhir.
9. Mengubah pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan syariah.
10. Mengafirkan sesama muslim tanpa dalil syar’i.

Dari sepuluh kriteria di atas, menurut saya Syiah mempunyai delapan poin parameter aliran sesat menurut MUI.[14]

Artikel www.KonsultasiSyariah.com

Materi terkait ajaran syiah dan mut'ah:

1.Pandangan Kelompok pada Hari Asyuro.
2. Peringatan Kematian Imam Husein oleh Syiah.
3. Kisah Nikah Mut'ah.
4. Nikah Mut'ah Menurut Syiah.
5. Kerusakan Nikah Mut'ah.
6. Media Pembela Ajaran Syiah.
7. Hakikat Ajaran Syiah (1).
8. Hakikat Ajaran Syiah (2).

Hakikat Ajaran Syiah (2)

Posted: 09 Jan 2012 10:08 PM PST

Hakikat Ajaran Syiah (2)

3. Orang Syiah Rafidhah Tidak Menggunakan Riwayat Ahlussunnah

Dengan kata lain, Syiah tidak menggunakan hadis-hadis Ahlussunnah –yang merupakan referensi kedua setelah Alquran– dalam membangun agama mereka. Ini merupakan konsekuensi yang timbul dari poin kedua karena mereka mengafirkan para sahabat yang menjadi periwayat as-sunnah/al-hadis. Ini adalah satu kenyataan yang tidak akan ditolak kecuali mereka yang (maaf) bodoh terhadap agama Syiah dengan kebodohan yang teramat sangat, atau mereka yang sedang menjalankan strategi taqiyyah. Mungkinkah mereka (Syiah) akan mengambil riwayat dari orang yang telah mereka katakan murtad (sahabat nabi) dari agamanya?!

Syiah mempunyai sumber-sumber hadis tersendiri seperti Al-Kaafi, Man La Yahdhuruh Al-Faqih, Tahdzib Al-Ahkam, Al-Istibshar, dan yang lainnya.

Jika mereka mengambil referensi ahlussunnah, maka itu hanyalah mereka lakukan ketika berbicara kepada Ahlussunnah, dan mereka ambil yang kira-kira dapat mendukung akidah mereka atau menghembuskan syubhat-syubhat kepada Ahlussunnah.

Mau dikemanakan sabda Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam,

أوصيكم بتقوى الله والسمع والطاعة وإن عبد حبشي فإنه من يعش منكم يرى اختلافا كثيرا وإياكم ومحدثات الأمور فإنها ضلالة فمن أدرك ذلك منكم فعليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهديين عضوا عليها بالنواجذ

"Aku nasihatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Allah, mendengar dan taat walaupun (yang memerintah kalian) seorang budak Habsyi. Orang yang hidup di antara kalian (sepeninggalku nanti) akan menjumpai banyak perselisihan. Waspadailah hal-hal yang baru, karena semua itu adalah kesesatan. Barangsiapa yang menjumpainya, maka wajib bagi kalian untuk berpegang teguh kepada sunahku dan sunah Al-Khulafa Ar-Rasyidin yang mendapatkan petunjuk. Gigitlah ia erat-erat dengan gigi geraham." (HR. Ahmad 4:126-127, Abu Dawud, no.4607, dan yang lainnya; shahih)?

4. Orang Syiah telah berbuat ghuluw (melampaui batas) terhadap imam-imam mereka, dan bahkan sampai pada tingkat 'menuhankan' mereka.

Al-Kulaini membuat bab dalam kitab Al-Kaafi:

بَابُ أَنَّ الْأَئِمَّةَ ( عليهم السلام ) إِذَا شَاءُوا أَنْ يَعْلَمُوا عُلِّمُوا

"Bab: Bahwasannya para imam ('alaihissalam) apabila ingin mengetahui, maka mereka akan mengetahui."

Terdapat tiga hadis/riwayat. Saya sebutkan satu di antaranya:

عَنْ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ ( عليه السلام ) قَالَ إِنَّ الْإِمَامَ إِذَا شَاءَ أَنْ يَعْلَمَ أُعْلِمَ

Dari Abu Abdillah ('alaihissalam), ia berkata, "Sesungguhnya seorang imam jika ia ingin mengetahui, maka ia akan mengetahui." (Al-Kaafi, 1:258).

Inilah riwayat dusta yang disandarkan kepada ahlul bait – dan ahlul bait berlepas diri dari riwayat dusta tersebut.

Bab yang lain dalam kitab Al-Kaafi:

بَابُ أَنَّ الْأَئِمَّةَ ( عليهم السلام ) يَعْلَمُونَ عِلْمَ مَا كَانَ وَ مَا يَكُونُ وَ أَنَّهُ لَا يَخْفَى عَلَيْهِمُ الشَّيْ‏ءُ صَلَوَاتُ اللَّهِ عَلَيْهِمْ

"Bab: Bahwasannya para imam ('alaihissalam) mengetahui ilmu yang telah terjadi maupun yang sedang terjadi. Tidak ada sesuatu pun yang luput dari mereka shalawatullah 'alaihim."

Pada bab ini terdapat enam hadis/riwayat, yang salah satunya adalah sebagai berikut:

عَنْ سَيْفٍ التَّمَّارِ قَالَ كُنَّا مَعَ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ ( عليه السلام )…… فَقَالَ وَ رَبِّ الْكَعْبَةِ وَ رَبِّ الْبَنِيَّةِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ لَوْ كُنْتُ بَيْنَ مُوسَى وَ الْخَضِرِ لَأَخْبَرْتُهُمَا أَنِّي أَعْلَمُ مِنْهُمَا وَ لَأَنْبَأْتُهُمَا بِمَا لَيْسَ فِي أَيْدِيهِمَا لِأَنَّ مُوسَى وَ الْخَضِرَ ( عليه السلام ) أُعْطِيَا عِلْمَ مَا كَانَ وَ لَمْ يُعْطَيَا عِلْمَ مَا يَكُونُ وَ مَا هُوَ كَائِنٌ حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ وَ قَدْ وَرِثْنَاهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ ( صلى الله عليه وآله ) وِرَاثَةً

Dari Saif At-Tammar, ia berkata, “Kami pernah bersama Abu Ja'far ('alaihissalam), …..kemudian ia berkata, ‘Demi Rab Ka'bah dan Rab Baniyyah –tiga kali-, seandainya aku berada di antara Musa dan Khidlir, akan aku kabarkan kepada mereka berdua bahwasannya aku lebih mengetahui daripada mereka berdua. Dan akan aku beritahukan kepada mereka berdua sesuatu yang tidak mereka ketahui. Karena Musa dan Khidlir ('alaihimassalam) diberikan ilmu tentang apa yang telah terjadi, namun tidak diberikan ilmu mengenai yang sedang terjadi dan akan terjadi hingga hari kiamat. Dan sungguh kami telah mewarisi pengetahuan ini dari Rasulullah (shallallahu 'alaihi wa alihi wa sallam) dengan satu warisan." (Al-Kaafi, 1:260-261).

Perhatikan penjelasan Dr. Al-Qazwini berikut:

Ia (Dr. Al-Qazwiini) pada menit 0:44–0:53 mengatakan, "Allah Ta'ala Maha Mengetahui segala isi hati. Dan imam dalam riwayat ini juga mengetahui segala isi hati. Ilmu imam berasal dari Allah….. [selesai].

Dimanakah posisi firman Allah Ta'ala,

قُلْ لا أَقُولُ لَكُمْ عِنْدِي خَزَائِنُ اللَّهِ وَلا أَعْلَمُ الْغَيْبَ وَلا أَقُولُ لَكُمْ إِنِّي مَلَكٌ إِنْ أَتَّبِعُ إِلا مَا يُوحَى إِلَيَّ

"Katakanlah: Aku tidak mengatakan kepadamu, bahwa perbendaharaan Allah ada padaku, dan tidak (pula) aku mengetahui yang ghaib dan tidak (pula) aku mengatakan kepadamu bahwa aku seorang malaikat. Aku tidak mengikuti kecuali apa yang diwahyukan kepadaku.” (QS. Al-An'aam: 50)?

Dan kalaupun Allah memberikan sebagian kabar gaib –baik yang telah lalu maupun yang kemudian– kepada para hamba-Nya dari kalangan manusia, maka itu Allah Ta'ala berikan kepada para Nabi dan Rasul-Nya,

وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُطْلِعَكُمْ عَلَى الْغَيْبِ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَجْتَبِي مِنْ رُسُلِهِ مَنْ يَشَاءُ فَآمِنُوا بِاللَّهِ وَرُسُلِهِ

"Dan Allah sekali-kali tidak akan memperlihatkan kepada kamu hal-hal yang ghaib, akan tetapi Allah memilih siapa yang dikehendaki-Nya di antara rasul-rasul-Nya. Karena itu berimanlah kepada Allah dan rasul-rasul-Nya." (QS. Ali 'Imran: 179).

Tidak ada dalam ayat di atas kata 'imam', akan tetapi menyebut kata 'rasul'.[3]

Orang Syiah mengatakan bahwa imam lebih tinggi kedudukannya dari para Nabi (selain Nabi Muhammad shallallaahu 'alaihi wa sallam).

Ayatullah Al-Udhmaa Ar-Ruhani –semoga Allah mengembalikannya kepada kebenaran– pernah ditanya sebagai berikut,

هل تعتقدون أن علياً كرم الله وجهه أفضل من الأنبياء؟

"Apakah engkau meyakini bahwasannya Ali karamallaahu wajhah lebih utama daripada para Nabi?"

Ia (Ar-Ruhani) menjawab,

اسمه جلت اسمائه

هذا من الامور القطعية الواضحة

"Dengan menyebut nama-Nya yang Maha Agung,…. Ini termasuk perkara-perkara yang pasti lagi jelas (yaitu Ali lebih utama daripada para Nabi)" (sumber: http://www.alrad.net/hiwar/olama/rohani/r16.htm).[4]

Bahkan seandainya seluruh Nabi berkumpul, niscaya mereka tidak akan mampu berkhutbah menandingi khutbah Ali radhiallaahu 'anhu. Ini dikatakan oleh salah seorang ulama Syiah yang sangat tersohor Sayyid Kamal Al-Haidari:

Dasar riwayatnya (bahwa Ali lebih utama dibandingkan para Nabi, selain Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam) tertulis di video ini:

Bukankah ini merupakan penghinaan terhadap para Nabi dan para rasul? Apakah mereka sama sekali tidak menganggap firman Allah Ta'ala,

تِلْكَ الرُّسُلُ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ مِنْهُمْ مَنْ كَلَّمَ اللَّهُ وَرَفَعَ بَعْضَهُمْ دَرَجَاتٍ

"Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian mereka atas sebagian yang lain. Di antara mereka ada yang Allah berkata-kata (langsung dengan dia) dan sebagiannya Allah meninggikannya beberapa derajat." (QS. Al-Baqarah: 253)?

Pelampauan keutamaan sebagian Rasul (termasuk Nabi) hanya dilakukan oleh sebagian (Rasul) yang lain. Allah tidak mengatakan bahwa pelampauan itu dilakukan oleh orang yang bukan Nabi atau Rasul.

Artikel www.KonsultasiSyariah.com

Materi terkait ajaran syiah dan mut'ah:

1.Pandangan Kelompok pada Hari Asyuro.
2. Peringatan Kematian Imam Husein oleh Syiah.
3. Kisah Nikah Mut'ah.
4. Nikah Mut'ah Menurut Syiah.
5. Kerusakan Nikah Mut'ah.
6. Media Pembela Ajaran Syiah.
7. Hakikat Ajaran Syiah (1).