Selasa, 04 Oktober 2011

KonsultasiSyariah: Mengumandangkan Azan, Iqamah Sekaligus Menjadi Imam

KonsultasiSyariah: Mengumandangkan Azan, Iqamah Sekaligus Menjadi Imam


Mengumandangkan Azan, Iqamah Sekaligus Menjadi Imam

Posted: 04 Oct 2011 07:15 PM PDT

sekaligus menjadi imam

Assalamu ‘alaikum ustadz, saya mau tanya beberapa pertanyaan, ‘Apakah boleh imam mengumandangkan adzan, iqamah sekaligus menjadi imam bagi makmumnya. tapi  hal ini bukan dimasjid tapi mengimami wajib dirumah.’  Jika boleh, tolong sertakan dalilnya ustad. Jazakallahu khair ustadz, barakallahu fiik.

Hamba allah (islaXXXXXX@rocketmail.com)

Azan, Iqamah, dan merangkap menjadi imam

Alhamdulillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah…

Diperbolehkan bagi imam masjid untuk melakukan azan, iqamah, dan sekaligus menjadi imam. Dalam Mawahibul Jalil dikatakan,

"Siapa yang memperkerjakan seseorang untuk menjadi muazin, iqamah, dan menjadi imam, maka ini diperbolehkan. Upah yang diberikan adalah sebagai ganti untuk usahanya dalam menjaga azan, iqamah, dan menjaga masjid, bukan untuk shalatnya."

Demikian pula dibolehkan seseorang hanya melakukan adzan dan iqamah tanpa menjadi imam. An-Nawawi mengatakan dalam kitab Al-Majmu’, ‘Kaum muslimin sepakat bolehnya seorang muazin menjadi imam, bahkan dianjurkan. Penulis kitab Al-Hawi mengatakan, ‘Masing-masing, antara azan dan iqamah memiliki keutamaan.’"

Oleh karena itu, orang yang memungkinkan menggabungkan antara tiga hal tersebut; azan, iqamah, dan menjadi imam maka itu lebih utama. Adapun, praktek Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para khulafaur rasyidin, di mana mereka tidak pernah melakukan azan dan sekaligus menjadi imam, karena kesibukan mereka dengan urusan yang lebih penting, dari pada sekedar azan dan iqamah.

Allahu a’lam

Sumber: http://www.islamweb.net/fatwa/index.php?page=showfatwa&Option=FatwaId&Id=76524

Dijawab oleh ustadz Ammi Nur Baits (Dewan pembina Konsultasi Syariah)

Artikel www.KonsultasiSyariah.com

Kesimpulan: Diperbolehkan muazin merangkap menjadi imam.

Kata Kunci Terkait: tukang azan menjadi imam, merangkap imam, muazin

Download Wallpaper Kalender Dzulhijjah 1432 H

Posted: 04 Oct 2011 02:50 AM PDT

Kalender 1432 H.

Bulan Dzulhijjah Sebentar lagi, didalamnya terdapat amalan-amalan yang agung. Ada ibadah kurban, Haji, puasa sunnah dll.

Alhamdulillah, Kami hadirkan untuk Anda Wallpaper cantik kalender 1432 H.

Download Wallpaper Kalender Dzulhijjah 1432 H. pada link di bawah ini:

Donwload wallpaper calendar-Dzulhijjah 1432 (123)

Artikel www.KonsultasiSyariah.com

Download Wallpaper Kalender Dzulhijjah.

Kata Kunci Terkait: kurban, dzulhijjah, bulan dzulhijjah, idul adha, download kalender, download wallpaper

Tabur Bunga Di Kubur

Posted: 04 Oct 2011 01:33 AM PDT

di kubur

Pertanyaan:
1. Apa hukumnya bila kita menaburkan bunga di atas kuburan sementera kita tidak ada niat untuk syirik kepada allah melainkan hanya untuk mengharumkan kuburan tersebut dan sekitarnya.
2. Kita masuk kubur dengan memakai sandal bagaimana hukumnya,

Demikian pertanyaan kita terima kasih.

Hasanuddin (fispra_bappXXXXXXX@yahoo.com)

Penjelasan tabur bunga di kubur.

Perbuatan ini sering dilakukan oleh para peziarah kubur. Kami tidak menemukan satu pun riwayat valid yang menunjukkan bahwa rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabatnya melakukan hal yang serupa ketika menziarahi suatu kubur.

Berdasarkan keterangan para ulama, perbuatan ini merupakan tradisi yang diambil dari orang-orang kafir, khususnya kaum Nasrani. Tradisi tebar bunga dipandang sebagai bentuk penghormatan terhadap orang yang telah wafat. Tradisi tersebut kemudian diserap dan dipraktekkan oleh sebagian kaum muslimin yang memiliki hubungan erat dengan orang-orang kafir, karena memandang perbuatan mereka merupakan salah satu bentuk kebaikan terhadap orang yang telah wafat.

Seorang ulama hadits Mesir, Syaikh Ahmad Syakir rahimahullah mengatakan, "Perbuatan ini digalakkan oleh kebanyakan orang, padahal hal tersebut tidak memiliki sandaran dalam agama. Hal ini dilatarbelakangi oleh sikap berlebih-lebihan dan sikap mengekor kaum Nasrani. Apa yang terjadi, khususnya di negeri Mesir merupakan contoh dari hal ini. Orang Mesir pun melakukan tradisi tebar bunga di atas pusara atau saling menghadiahkan bunga sesama mereka. Orang-orang meletakkan bunga di atas pusara kerabat atau kolega mereka sebagai bentuk penghormatan kepada mereka yang telah wafat." Beliau melanjutkan, "Oleh karena itu, apabila para tokoh muslim mengunjungi sebagian negeri Eropa, anda dapat menyaksikan mereka menziarahi pekuburan para tokoh di negeri tersebut atau ke pekuburan para pejuang tanpa nama kemudian melakukan tradisi tebar bunga, sebagian lagi meletakkan bunga imitasi karena mengekor Inggris dan mengikuti tuntunan hidup kaum terdahulu." Lalu di akhir perkataan, beliau menyatakan, "Semua ini adalah perbuatan bid'ah dan kemungkaran yang tidak berasal dari agama Islam, tidak pula memiliki sandaran dari Al quran dan sunnah nabi. Dan kewajiban para ulama adalah mengingkari dan melarang segala tradisi ini sesuai kemampuan mereka." (Ta'liq Ahmad Syakir terhadap Sunan At Tirmidzi 1/103, dinukil dari Ahkaamul Janaaizhal. 254).

Oleh karena itu, tradisi yang banyak dilakukan oleh kaum muslimin ini  tercakup dalam larangan nabi shallallahu 'alaihi wa sallam agar tidak mengekor kebudayaan khas kaum kafir sebagaimana yang termaktub dalam sabda Beliau shallallahu 'alaihi wa sallam,

ومن تشبه بقوم فهو منهم

"Barangsiapa menyerupai suatu kaum ,maka ia termasuk golongan mereka." (HR. Ahmad nomor 5114, 5115 dan 5667; Sa'id bin Manshur dalam Sunannya nomor 2370; Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf-nya: 19401, 19437 dan 33010. Al 'Allamah Al Albani menghasankan hadits ini dalam Al Irwa' 5/109).

Ibnu 'Abdil Barr Al Maliki rahimahullah mengatakan, "(Maksudnya orang yang menyerupai suatu kaum) akan dikumpulkan bersama mereka di hari kiamat kelak. Dan bentuk penyerupaan bisa dengan meniru perbuatan yang dilakukan oleh kaum tersebut atau dengan meniru rupa mereka." (At Tamhid lima fil Muwaththa minal Ma'ani wal Asaanid 6/80).

Sebagian kaum muslimin menganalogikan tradisi tabur bunga ini dengan perbuatan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang menancapkan pelepah kurma basah pada dua buah kubur sebagaimana yang terdapat dalam hadits 'Abdullah bin 'Abbas radliallahu 'anhuma. (H.r. Bukhari: 8 dan Muslim: 111). Mereka beranggapan bahwa pelepah kurma atau bunga yang diletakkan di atas pusara akan meringankan adzab penghuninya, karena pelepah kurma atau bunga tersebut akan bertasbih kepada Allah selama dalam keadaan basah.

Anggapan mereka tersebut tertolak dengan beberapa alasan sebagai berikut:

Alasan pertama, keringanan adzab kubur yang dialami kedua penghuni kubur tersebut adalah disebabkan dan syafa'at Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam kepada mereka, bukan pelepah kurma tersebut. Hal ini dapat diketahui jika kita melihat riwayat Jabir bin 'Abdillah radliallahu 'anhu. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

إني مررت بقبرين يعذبان فأحببت بشفاعتي أن يرفه عنهما ما دام الغصنان رطبين

"Saya melewati dua buah kubur yang penghuninya tengah diadzab. Saya berharap adzab keduanya dapat diringankan dengan syafa'atku selama kedua belahan pelepah tersebut masih basah." (H.r. Muslim: 3012).

Hadits Jabir di atas menerangkan bahwa yang meringankan adzab kedua penghuni kubur tersebut adalah doa dan syafa'at nabi shallallahu 'alaihi wa sallam , bukan pelepah kurma yang basah.

Alasan kedua, anggapan bahwa pelepah kurma atau bunga akan bertasbih kepada Allah selama dalam keadaan basah sehingga mampu meringankan adzab penghuni kubur bertentangan dengan firman Allah Ta'ala,

تُسَبِّحُ لَهُ السَّمَاوَاتُ السَّبْعُ وَالأرْضُ وَمَنْ فِيهِنَّ وَإِنْ مِنْ شَيْءٍ إِلا يُسَبِّحُ بِحَمْدِهِ وَلَكِنْ لا تَفْقَهُونَ تَسْبِيحَهُمْ إِنَّهُ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا (٤٤)

"Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun." (Q.s. Al Israa: 44).

Makhluk hidup senantiasa bertasbih kepada Allah, begitupula pelepah kurma. Tidak terdapat bukti yang menunjukkan bahwa pelepah kurma atau bunga akan berhenti bertasbih jika dalam keadaan kering.

Alasan ketiga, perbuatan nabi shallallahu 'alaihi wa sallam tersebut bersifat kasuistik (waqi'ah al-'ain) dan termasuk kekhususan beliau sehingga tidak bisa dianalogikan atau ditiru. Hal ini dikarenakan beliau tidak melakukan hal yang serupa pada kubur-kubur yang lain. Begitu pula para sahabat tidak pernah melakukannya, kecuali sahabat Buraidah yang berwasiat agar pelepah kurma diletakkan di dalam kuburnya bersama dengan jasadnya. Namun, perbuatan beliau ini hanya didasari oleh ijtihad beliau semata.
Ibnu Hajar rahimahullah berkata,

"Perbuatan Buraidah tersebut seakan-akan menunjukkan bahwa beliau menerapkan hadits tersebut berdasarkan keumumannya dan tidak beranggapan bahwa hal tersebut hanya dikhususkan bagi kedua penghuni kubur tersebut. Ibnu Rusyaid berkata, "Apa yang dilakukan oleh Al Bukhari menunjukkan bahwa hal tersebut hanya khusus bagi kedua penghuni kubur tersebut, oleh karena itu Al Bukhari mengomentari perbuatan Buraidah tersebut dengan membawakan perkataan Ibnu 'Umar, Sesungguhnya seorang (di alam kubur) hanya akan dinaungi oleh hasil amalnya (di dunia dan bukan pelepah kurma yang diletakkan di kuburnya)." (Fathul Baari 3/223).

Selain itu, pelepah kurma tersebut ditaruh bersama dengan jasad beliau, bukan diletakkan di atas pusara beliau.

Alasan keempat, alasan lain yang membatalkan analogi mereka dan menguatkan bahwa perbuatan Nabi tersebut merupakan kekhususan beliau adalah pengetahuan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bahwa kedua penghuni kubur tersebut tengah diadzab. Hal ini merupakan perkara gaib yang hanya diketahui oleh Allah ta'ala dan para rasul yang diberi keistimewaan oleh-Nya sehingga mampu mengetahui beberapa perkara gaib dengan wahyu yang diturunkan kepadanya. Allah berfirman,

عَالِمُ الْغَيْبِ فَلا يُظْهِرُ عَلَى غَيْبِهِ أَحَدًا (٢٦)إِلا مَنِ ارْتَضَى مِنْ رَسُولٍ فَإِنَّهُ يَسْلُكُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ رَصَدًا (٢٧)

"(Dia adalah Rabb) yang mengetahui yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorangpun tentang yang ghaib itu. Kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya." (Q.s. Al Jinn: 26-27).

Kalangan yang menganalogikan tradisi tebar bunga dengan perbuatan nabi tersebut telah mengklaim bahwa mereka mengetahui perkara gaib. Mereka mengklaim mengetahui bahwa penghuni kubur sedang diadzab sehingga pusaranya perlu untuk ditaburi bunga. Sungguh ini klaim tanpa bukti, tidak dilandasi ilmu dan termasuk menerka-nerka perkara gaib yang dilarang oleh agama.

Alasan kelima, hal ini mengandung sindiran dan celaan kepada penghuni kubur, karena jika alasan mereka demikian, hal tersebut merupakan salah satu bentuk berburuk sangka  (su'uzh zhan) kepada penghuni kubur karena menganggapnya sebagai pelaku maksiat yang tengah diadzab oleh Allah di dalam kuburnya sebagai balasan atas perbuatannya di dunia. (Rangkuman faidah ini kami ambil dari Ahkaamul Janaa-iz, Taisirul 'Allam dan uraian dari ustadzuna tercinta, Abu Umamah hafizhahullah ta'ala saat mengkaji kitab 'Umdatul Ahkam).

Berdasarkan keterangan di atas, kita dapat mengetahui bahwa tradisi ini selayaknya ditinggalkan dan tidak perlu dilakukan ketika berziarah kubur karena tercakup dalam larangan nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Kita juga mengetahui bahwa tidak terdapat riwayat valid yang menyatakan bahwa para sahabat dan generasi salaf melakukan tradisi tebar bunga di atas pusara. Hal ini menunjukkan bahwa perbuatan tersebut tidak dituntunkan oleh syari'at kita.

Oleh karena itu, kita patut merenungkan pernyataan As Subki, bahwa segala perbuatan yang tidak pernah diperintahkan dan dilakukan nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabatnya merupakan indikasi bahwa amalan tersebut tidak disyari'atkan. Dalam pernyataan beliau tersebut terkandung kaidah dasar dalam pensyari'atan sebuah amalan.

Referensi: http://ikhwanmuslim.com (Dipublikasikan ulang oleh Konsultasi Syariah)

Artikel www.KonsultasiSyariah.com

Pembahahasan tambahan tentang tabur bunga di kubur:
1. Bolehkah memakai alas kaki di kuburan.

2. Wanita haid berziarah kubur.

3. Gambaran azab kubur.

Kata Kunci Terkait: kuburan wali, tabur bunga

Tegar Di Atas Sunnah

Tegar Di Atas Sunnah


Mengenal Syaikh Abdul Muhsin al Ubaikan

Posted: 03 Oct 2011 05:00 PM PDT

Beliau adalah Abdul Muhsin bin Nashir bin Abdurrahman al-Ubaikan.

Beliau lahir pada tahun 1372 H di kota Thaif, KSA.

Setelah melalui jenjang pendidikan formal SD dan SMP beliau melanjutkan ke jenjang Kafaah [mungkin, pra SMA, pent] di perguruan Dar at Tauhid di Kota Thaif. Di perguruan ini pula beliau menyelesaikan pendidikan SMA beliau. Setelah itu beliau melanjutkan studi beliau di Sekolah Tinggi Syariah di kota Mekkah yang saat itu adalah cabang Universitas Malik Abdul Aziz di Jeddah. Akan tetapi studi beliau di Sekolah Tinggi ini hanya empat bulan. Selanjutnya beliau melanjutkan studi formalnya di Sekolah Tinggi Syariah di kota Riyadh dan di sinilah beliau beliau menyabet gelar sarjana.

Beliau hafal al Qur'an 30 juz ketika beliau duduk di bangku SMP.

Beliau belajar ilmu tauhid pada Syaikh Muhammad Makhdum al Bukhari di Masjidil Haram Mekkah dan Syaikh Muhammad Sakar di Riyadh. Beliau juga membaca beberapa buku mengenai ilmu qiraah. Beliau juga memilik rekaman dua juz dari surat al Baqarah yang perekamannya dipantau oleh Syaikh Abdul Bari Muhammad di Radio al Qur'anul Karim.

Selain belajar agama secara formal beliau juga sorogan baca kitab kepada beberapa ulama diantaranya adalah Syaikh Abdul Aziz bin Shalih al Mursyid. Beliau beberapa kali juga menghadiri kajian yang diasuh oleh Syaikh Abdullah bin Muhammad bin Humaid dan Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz. Beliau lebih banyak mendapatkan penambahan ilmu melalui banyak membaca sendiri dikarenakan beliau telah melahap banyak buku di berbagai bidang keilmuan.

Syaikh Abdul Muhsin pernah bercerita bahwa Syaikh Abdullah bin Humaid sangat menyayanginya dengan mendudukkan beliau di sampingnya dan menghormatinya padahal Syaikh Abdul Muhsin ketika masih terbilang sangat muda. Tidaklah Syaikh Abdul Muhsin menceritakan pendapat pribadinya kepada Syaikh Abdullah bin Humaid kecuali mendapatkan persetujuan dari Syaikh Ibnu Humaid.

Suatu ketika Syaikh Abdul Muhsin berkumpul satu tempat dengan Syaikh Abdul Aziz bin Baz. Syaikh Ibnu Baz berkeinginan untuk mengangkat beliau sebagai imam masjid di Masjid al Abbas di kota Thaif padahal ketika itu Syaikh Abdul Muhsin menjadi sebagai hakim di daerah Sail Kabir. Syaikh Abdul Muhsin menyampaikan kepada Syaikh Ibnu Baz bahwa tidak minat menjadi imam masjid di Thaif sebaliknya beliau ingin dimutasi ke kota Riyadh. Benar, Syaikh Ibnu Baz mewujudkan keinginan beliau dengan memutasi Syaikh Abdul Muhsin ke kota Riyadh untuk bekerja sebagai hakim di Mahkamah Kubro. Perlu diketahui ketika beliau diangkat sebagai hakim untuk daerah Sail Kabir Syaikh Ibnu Baz berkata kepada beliau, "Aku ingin agar anda memberi fatwa kepada banyak orang terutama kepada para jamaah haji dan umrah karena Sail Kabir adalah miqot yang urgen".

Kegiatan beliau

Terkadang beliau beradzan dan menjadi imam shalat di masjid yang dipegang oleh ayah beliau di kota Thaif ketika beliau masih duduk di bangku SMP.

Ketika beliau duduk di bangku kuliah beliau diangkat sebagai imam tetap dan khatib di masjid Syaikh Muhammad bin Abdurrahman al Ubaikan di kota Riyadh yang merupakan nama paman beliau. Kemudian beliau diangkat sebagai imam dan khatib di masjid al Jauharah di kota Riyadh tepatnya di pinggir jalan Imam Faishal bin Turki dan tugas ini beliau jalani sampai saat ini.

Pada tahun 1399 H beliau diangkat sebagai hakim di Mahkamah Kubro di kota Riyadh setelah sebelumnya menjabat hakim untuk daerah  Sail Kabir yang merupakan miqot penduduk Najd [Riyadh dan sekitarnya, pent]. Di samping menjabat sebagai hakim di kota Riyadh beliau juga menjadi dosen di Sekolah Tinggi Calon Hakim kemudian pada tahun 1413 H beliau diangkat sebagai pengawas di Kementrian Kehakiman kemudian diangkat sebagai sebagai penasihat istimewa di Kementrian Kehakiman pada tahun 1426 H sekaligus anggota Majelis Syuro KSA.

Pada tahun 1430 H beliau diangkat sebagai penasihat di kantor raja KSA, suatu jabatan yang setara dengan jabatan menteri di KSA.

Beliau juga meluangkan waktu untuk mengkaji berbagai kitab di berbagai masjid di rumah pribadinya. Beliau juga menjadi pengisi tetap di berbagai program di keagamaan di berbagai stasiun TV. Di samping itu beliau masih bisa menulis berbagai artikel dan artikel bantahan atas tulisan  orang-orang 'bermasalah' yang diterbitkan oleh berbagai koran. Beliau juga mengikuti berbagai muktamar dan seminar di dalam atau pun luar KS. Diantaranya beliau ketua duta dari KSA untuk mengikuti muktamar tentang hilal yang diadakan oleh OKI di kota Jeddah.

Karya Ilmiah

Beliau menulis sebuah buku tentang fikih muqaran [perbandingan mazhab] yang berjudul Ghayatul Maram Syarh Mughni Dzil Afham yang merupakan ensiklopedi ilmu fikih karena buku ini terdari 40 jilid, yang sudah tercetak tujuh jilid sedangkan yang sedang dalam proses cetak sebanyak delapan jilid.

Karya beliau yang lain adalah:

  1. Syarh kitab Akhshar al Mukhtasharat [belum dicetak]
  2. Syarh kitab al Uddah Syarh Umdah [masih dalam bentuk rekaman]
  3. Kitab ash Sharim al Masyhur 'ala Man Ankara Halli as Sihr bi Sihir 'an Masyhur
  4. Kitab al Khawarij wa al Fikr al Mutajaddid
  5. Kitab Khawarij al Ashr [Khawarij Modern]

Beliau memiliki kaset rekaman 30 juz dari hafalannya beliau ketika beliau menjadi imam shalat Tarawih pada tahun 1430 H dan rekaman kajian tafsir al Qur'an yang telah membahas tiga perempat mushaf al Qur'an.

Kajian kitab beliau yang masih dalam bentuk rekaman adalah:

  1. Syarh Zaadul Maad
  2. Syarh al Waraqat
  3. Syarh ar Raudh al Murbi'
  4. Syarh Fathul Bari
  5. Syarh Bulughul Maram
  6. Syarh Manar as Sabil
  7. Syarh Bidayah wan Nihayah karya Ibnu Katsir
  8. Syarh al I'tisham karya as Syathibi
  9. Syarh Kasyful Qana'
  10. Syarh Nailul Author
  11. Syarh Umdatul Ahkam
  12. Syarh ar Ruh karya Ibnul Qayyim
  13. Syarh untuk Syarh Sahih Muslim
  14. Syarh untuk Syarh Aqidah Thahawiyyah
  15. Syarh Kitabut Tauhid
  16. Syarh untuk Tuhfatul Ahwadzi
  17. Syarh untuk Sirah Ibnu Hisyam
  18. Syarh untuk Syarah Aqidah Wasithiyyah
  19. Syarh untuk beberapa juz dari Majmu Fatawa Ibnu Taimiyyah
  20. dll

Diantara murid-murid beliau:

  1. Syaikh Abdullah al Yahya, wakil menteri kehakiman KSA,
  2. Syaikh Dr Abdullah bin Khanin, anggota Lajnah Daimah dan Haiah Kibar Ulama KSA
  3. Syaikh Dr Saad asy Syitsri, anggota Lajnah Daimah dan Haiah Kibar Ulama KSA
  4. Syaikh Ahmad al Mazruq
  5. Syaikh Abdul Aziz al Mahna, hakim di Pengadilan Umum kota Riyadh
  6. Syaikh Sulthon al Ied
  7. Syaikh Abdurrahman al Wad'an
  8. Syaikh Dr Abdul Aziz as Sahan
  9. Syaikh Yusuf as Said
  10. Syaikh Abdul Aziz as Said
  11. Syaikh Dr Abdus Salam bin Barjas alu Abdul Karim-rahimahullah.

Referensi:

http://al-obeikan.com/page/13-%D8%B3%D9%8A%D8%B1%D8%A9%20%D8%A7%D9%84%D8%B4%D9%8A%D8%AE.html

 

Artikel Terkait

Biji Tasbih Tanda Orang Shalih?

Posted: 01 Oct 2011 05:00 PM PDT

س: أنا أستعمل السبحة للذكر بعد الصلاة، وإن كنت أستعمل أصابعي إلا أنني أرى أنها تعينني في العد، فما رأي فضيلتكم؟.

Pertanyaan, "Aku mempergunakan biji tasbih untuk berdzikir setelah shalat. Meski aku terkadang menggunakan jari untuk menghitung bacaan dzikir namun aku berpandangan bahwa biji tasbih itu sangat membantuku untuk menghitung bacaan dzikir. Apa pendapat anda dalam masalah ini?"

ج: السبحة لها حالان: حال تُستَعمل فقط لعد التسبيح، وهذا في أصح قولي العلماء لا شيء فيه، وهو اختيار ابن تيمية، وهو من جنس العد بالحصى الذي ثبت في السنة،

Jawaban Syaikh Sulaiman bin Abdullah al Majid, "Penggunaan biji tasbih itu ada dua macam:

Pertama, hanya berperan sebagai alat untuk menghitung bacaan tasbih. Biji tasbih dengan fungsi semacam menurut pendapat yang paling kuat dari dua pendapat ulama dalam masalah ini hukumnya adalah tidak mengapa. Inilah pendapat yang dipilih oleh Ibnu Taimiyyah. Alasannya biji tasbih dalam kondisi ini semisal dengan kerikil yang digunakan untuk menghitung bacaan dzikir dan terdapat hadits yang menunjukkan bolehnya menghitung dzikir dengan menggunakan kerikil.

 

ولكن الذي يقع في بعض أقاليم العالم الإسلامي هنا وفي غير هذه البلاد أنها تُسْتَعمل أحياناً للعلامة على الصلاح، فإذا رُئِي في بعض البلدان وبعض المدن إنسان يتخذ السبحة فإنهم يسمونه رجلاً صالحاً، رجلاً ملتزماً، رجلاً عابداً، وهو كذلك، فأهل الصلاح هذه هي سيماهم، ولهذا لا ينبغي أن تكون السمة إلا بالسمة الشرعية التي أمر الله بها وأوجبها،

Akan tetapi yang terjadi di berbagai penjuru dunia Islam adalah difungsikannya biji tasbih sebagai tanda orang shalih. Jika terlihat seorang yang membawa biji tasbih maka banyak orang menilai orang tersebut sebagai orang shalih, orang yang komitmen dengan aturan syariat dan ahli ibadah. Itulah realita di masyarakat, ciri orang shalih  adalah membawa biji tasbih. Inilah adalah fungsi yang tidak pada tempatnya, tidaklah sepatutnya yang dijadikan sebagai ciri orang shalih melainkan ciri yang berdasarkan syariat. Itulah berbagai hal yang diperintahkan atau diwajibkan oleh Allah.

 

أما مثل هذه السيمة التي يجعلها بعض الناس بأن يجعل سجادة على كتفه أو مسبحة يحملها بشكل دائم يُعرف أن الصالحين هم الذين يتخذونها فهذا من الرياء الذي نهت عنه الشريعة، وذكر العلماء في النهي عنه حتى في موضوع السبحة،

Sehingga macam kedua dari penggunaan biji tasbih adalah menjadikan biji tasbih tanda orang shalih dengan meletakkan biji tasbih di pundak atau di tangan secara terus menerus sehingga orang shalih lah yang dikenal kemana-mana membawa biji tasbih. Tindakan semacam ini tergolong riya yang dilarang oleh syariah dan para ulama pun menegaskan terlarangnya hal ini ketika membahas penggunaan biji tasbih.

 

ولهذا إذا كان الإنسان يسبح بها ثم يدخلها أو إذا كان يرى أنها تعينه كثيراً وتحفظ وقته في المجلس ويسبح في البيت فلا بأس ولا حرج. والله أعلم

Sehingga bisa disimpulkan bahwa jika setelah biji tasbih digunakan untuk menghitung bacaan dzikir dimasukkan ke dalam saku, atau seorang itu menilai bahwa biji tasbih sangat membantunya untuk menghitung bilangan dzikir atau waktunya bisa lebih optimal dimanfaatkan ketika berada di suatu tempat atau biji tasbih hanya digunakan ketika di rumah hukumnya adalah tidak berdosa dan tidak masalah".

Sumber:

http://www.salmajed.com/node/11399

Artikel Terkait