Senin, 07 November 2011

KonsultasiSyariah: Memperlama Sujud Ketika Shalat Jamaah

KonsultasiSyariah: Memperlama Sujud Ketika Shalat Jamaah


Memperlama Sujud Ketika Shalat Jamaah

Posted: 07 Nov 2011 05:44 PM PST

Ketika Jamaah

Assalaamu’alaikum. Ada seorang imam yang selalu memperlama pada akhir. Perkiraan saya, dia sedang berdoa pada tersebut. Pertanyaannya, bolehkah merutinkan perbuatan tersebut (memperlama sujud akhir)?
Syukron

Andymurti

Jawaban:

Wa’alaikumussalam

Memperlama Sujud

Memperlama sujud terakhir ketika dalam rangka memperbanyak , bukanlah termasuk bagian dari sunah. Bahkan ini termasuk penyimpangan dalam sunah. Dalam sebuah hadis dari Barra bin Azib radhiallahu ‘anhu, Barra menceritakan,

كَانَتْ صَلَاةُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَرُكُوعُهُ وَإِذَا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ الرُّكُوعِ وَسُجُودُهُ وَمَا بَيْنَ السَّجْدَتَيْنِ قَرِيبًا مِنْ السَّوَاءِ

"Salatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam antara rukuknya, i’tidalnya, sujudnya, duduk diantara dua sujud, lamanya hampir sama." (HR. Bukhari dan Muslim).

Kalimat "lamanya hampir sama" menunjukkan bahwa salah satu rukun tidak ada yang lebih menonjol dibandingkan rukun yang lain.

Syekh Muhammad bin Salih Al-Utsaimin ditanya tentang sikap orang yang memperlama sujud terakhir untuk berdoa dan istighfar. Syekh menjawab, "Memperlama sujud terakhir bukanlah termasuk sunah. Karena yang sesuai sunah, setiap gerakan salat itu mendekati sama; rukuk, i’tidal, sujud, duduk diantara dua sujud. Sebagaimana yang dinyatakan Al-Barra bin Azib radhiallahu ‘anhu, ‘aku lihat berdirinya, rukuk, sujud, dan duduk diantara dua sujud mendekati sama." Inilah cara yang lebih utama. Hanya saja, ada tempat untuk berdoa di selain sujud, yaitu tasyahud. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika mengajarkan tasyahud kepada Ibnu Mas’ud, nabi bersabda,

ثم ليتخير من الدعاء ما شاء

"Kemudian pilihlah doa yang dia sukai."

Maka nabi tempatkan doa, baik sedikit maupun banyak, setelah tasyahud akhir, sebelum salam. (Fatawa Nur ‘ala ad-Darb, kaset rekaman no. 376, side B).

Syekh Abdullah Al-Jibrin mengatakan, “Saya tidak mengetahui adanya dalil yang menunjukkan anjuran memperlama sujud terakhir ketika salat. Hanya saja, mungkin maksud sebagian ulama melakukan hal itu adalah dalam rangka mengingatkan rakaat akhir salat atau gerakan terakhir ketika salat. Kemudian mereka memperlama. Sehingga makmum teringat untuk melakukan duduk tasyahud akhir. Meskipun alasan ini tidak cukup untuk menyatakan diterimanya memperlama sujud terakhir.
(Fatawa Ibnu Jibrin, no. 2046).

Dalam Fatawa Islamiyah (1:258), Syekh Ibnu Jibrin juga menjelaskan, "Saya tidak mengetahui adanya dalil yang menganjurkan untuk memperlama sujud terakhir. Yang disebutkan dalam hadis hanyalah menyamakan jeda masing-masing rukun salat atau mendekati sama."
Allahu a’lam

Sumber: http://www.islamqa.com/ar/ref/111889/

Catatan: Jika ini hanya dilakukan sekali atau dua kali dan tidak menjadi kebiasaan maka sebagian ulama membolehkan. Setelah menyebutkan dalil keutamaan sujud dan doa ketika sujud, dalam Fatawa Syabakah islamiyah dinyatakan:
Memperlama sujud, secara umum dibolehkan. Akan tetapi mengkhususkan sujud terakhir atau sujud tertentu lainnya adalah perkara yang tidak dinukil dari dalil. Jika terjadi sekali atau bertepatan dengan butuh banyak doa maka tidak masalah, dan tidak boleh dijadikan kebiasaan. Ini jika orang tersebut shalat sendirian. Adapun jika dia menjadi imam maka tidak selayaknya memperlama sujud, sehingga memberatkan orang yang berada di belakangnya.
Dari: http://www.islamweb.net/fatwa

Allahu a’lam

Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasi Syariah)
Artikel www.KonsultasiSyariah.com

Materi terkait:

1. Pandangan Mata Ketika Tasyahud.

2. Perbedaaan Tata Cara Shalat Laki-laki dan Perempuan.

3. Shalat Di Atas Kasur.

4. Tata Cara Shalat Sesuai Tuntunan.

5. Hukum Berdoa Dengan Selain Bahasa Arab Ketika Shalat.

6. Bacaan Sujud Sahwi yang Shahih.

7. Hal-hal yang Berkaitan dengan Sujud.

Kata Kunci Terkait: sujud lama, sujud, cara sujud, salat, shalat, posisi sujud, memperlama sujud, beda shalat laki-laki dan perempuan, hukum sujud lama, sholat

Amalan Hari Tasyrik

Posted: 06 Nov 2011 09:54 PM PST

Amalan

Hari Tasyrik (11, 12, 13 Dzulhijjah) adalah hari penuh kemuliaan, hari di mana jamaah haji melaksanakan ritual melempar jumrah, dan hari dimana umat Islam di negeri lainnya sibuk dengan menyembelih . Banyak keutamaan dan amalan mulia yang bisa dilaksanakan di hari Tasyrik. Tulisan yang sederhana ini akan menjelaskan beberapa di antaranya :

Hari 'Id Kaum Muslimin

Hari Arafah, hari Idul Adha, dan hari Tasyrik termasuk hari id kaum muslimin. Disebutkan dalam hadis,

يَوْمُ عَرَفَةَ وَيَوْمُ النَّحْرِ وَأَيَّامُ التَّشْرِيقِ عِيدُنَا أَهْلَ الإِسْلاَمِ وَهِىَ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ

"Hari Arafah, hari Idul Adha, dan adalah 'id kami -kaum muslimin-. Hari tersebut (Idul Adha dan hari Tasyrik) adalah hari menyantap makan dan minum."

Hari Idul Adha dan Hari Tasyrik Adalah Hari Yang Paling Mulia

Mengenai keutamaan hari Idul Adha dan hari Tasyrik (11, 12 ,dan 13 Dzulhijah) disebutkan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Daud,

إِنَّ أَعْظَمَ الأَيَّامِ عِنْدَ اللَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَوْمُ النَّحْرِ ثُمَّ يَوْمُ الْقَرِّ

"Sesungguhnya hari yang paling mulia di sisi Allah Tabaroka wa Ta'ala adalah hari Idul Adha dan yaumul qorr (hari Tasyrik)."

Hari Tasyrik disebut yaumul qor karena pada saat itu orang yang berdiam di Mina. Apabila dirinci mengenai keutamaan dari tiga hari Tasyrik ini, maka yang terbaik di antara tiga hari tersebut adalah hari Tasyrik yang pertama, kemudian yang kedua, dan yang terakhir adalah hari ketiga.

Hari Idul Adha dan Hari Tasyrik, Hari Bersenang-Senang Untuk Menyantap Makanan

Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengatakan, bahwa Idul Adha dan hari Tasyrik adalah hari kaum muslimin untuk menikmati makanan. Nabi  shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

أَيَّامُ التَّشْرِيقِ أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ

"Hari-hari Tasyrik adalah hari menikmati makanan dan minuman."

Dalam lafazh lainnya, beliau bersabda,

وَأَيَّامُ مِنًى أَيَّامُ أَكْلٍ وَشُرْبٍ

"Hari Mina (hari Tasyrik) adalah hari menikmati makanan dan minuman."

Yang dimaksud dengan hari Mina di sini adalah ayyam ma'dudaat sebagaimana yang disebutkan dalam ayat,

وَاذْكُرُوا اللَّهَ فِي أَيَّامٍ مَعْدُودَاتٍ

"Dan berDzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang terbilang." (QS. Al Baqarah: 203).

Yang dimaksud hari yang terbilang adalah hari-hari setelah hari Idul Adha (hari an-nahr) yaitu hari-hari Tasyrik. Inilah pendapat Ibnu Umar dan pendapat kebanyakan ulama. Namun Ibnu Abbas dan Atha mengatakan bahwa hari yang terbilang di situ adalah empat hari yaitu hari Idul Adha dan tiga hari sesudahnya. Hari-hari tersebut disebut hari Tasyrik. Pendapat pertama yang menyatakan bahwa hari yang terbilang adalah tiga hari sesudah Idul Adha adalah pendapat yang lebih tepat.

Hari Tasyrik Adalah Hari Berdzikir

Sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Baqarah ayat 203 di atas (yang artinya), "Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang terbilang." Ini menunjukkan adanya perintah berdzikir di hari-hari Tasyrik.

Lalu apa saja dzikir yang dimaksudkan ketika itu? Beberapa dzikir yang diperintahkan oleh Allah di hari-hari Tasyrik ada beberapa macam:

Pertama: berdzikir kepada Allah dengan bertakbir setelah selesai menunaikan wajib. Perbuatan ini disyariatkan hingga akhir hari Tasyrik sebagaimana pendapat mayoritas ulama. Hal ini juga diriwayatkan dari Umar, Ali, dan Ibnu Abbas.

Kedua: membaca tasmiyah (bismillah) dan ketika menyembelih kurban. Waktu penyembelihan kurban berakhir pada akhir hari Tasyrik (13 Dzulhijah) sebagaimana pendapat mayoritas ulama. Pendapat ini juga menjadi pendapat Imam Asy-Syafii dan salah satu pendapat dari Imam Ahmad. Namun mayoritas sahabat berpendapat bahwa waktu menyembelih kurban hanya tiga hari yaitu hari Idul Adha dan dua hari Tasyrik setelahnya (11 dan 12 Dzulhijah). Pendapat kedua ini adalah pendapat yang masyhur dari Imam Ahmad, juga termasuk pendapat Imam Malik, Imam Abu Hanifah, dan kebanyakan ulama.

Ketiga: berdzikir memuji Allah Ta'ala ketika makan dan minum. Amalan yang disyariatkan ketika memulai makan dan minum adalah membaca basmallah dan mengakhirinya dengan hamdalah.

Keempat: berdzikir dengan takbir ketika melempar jumroh di hari Tasyrik. Amalan ini khusus untuk orang yang berhaji.

Kelima: Berdzikir pada Allah secara mutlak karena kita dianjurkan memperbanyak dzikir di hari-hari Tasyrik. Sebagaimana Umar ketika itu pernah berdzikir di Mina di dalam kemahnya, lalu orang-orang mendengar suara dzikirnya. Mereka pun bertakbir dan Mina akhirnya penuh dengan takbir.

Dianjurkan Memperbanyak "Sapu Jagad"

Allah Ta'ala berfirman,

فَإِذَا قَضَيْتُمْ مَنَاسِكَكُمْ فَاذْكُرُوا اللَّهَ كَذِكْرِكُمْ آبَاءَكُمْ أَوْ أَشَدَّ ذِكْرًا فَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا وَمَا لَهُ فِي الآخِرَةِ مِنْ خَلاقٍ, وَمِنْهُمْ مَنْ يَقُولُ رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

"Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu, maka berdzikirlah (dengan menyebut) Allah, sebagaimana kamu menyebut-nyebut (membangga-banggakan) nenek moyangmu, atau (bahkan) berzikirlah lebih banyak dari itu. Maka di antara manusia ada orang yang berdoa: “Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia”, dan tiadalah baginya bahagian (yang menyenangkan) di akhirat. Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: “Robbana aatina fid dunya hasanah wa fil akhiroti hasanah wa qina 'adzaban naar" [Ya Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka]." (QS. Al Baqarah: 200-201).

Dari ayat ini, banyak ulama salaf menganjurkan membaca doa "Robbana aatina fid dunya hasanah wa fil akhiroti hasanah wa qina 'adzaban naar" di hari-hari Tasyrik. Sebagaimana hal ini dikatakan oleh Ikrimah dan Atha.

Doa "sapu jagad" ini terkumpul di dalamnya seluruh kebaikan. Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam paling sering membaca doa ini. Anas bin Malik mengatakan,

كَانَ أَكْثَرُ دُعَاءِ النَّبِىِّ-صلى الله عليه وسلم- «اللَّهُمَّ رَبَّنَا آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً ، وَفِى الآخِرَةِ حَسَنَةً ، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ»

"Doa yang paling banyak dibaca oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam "Allahumma Robbana atina fid dunya hasanah wa fil akhiroti hasanah wa qina 'adzaban naar" [Wahai Allah, Rab kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka]."

Di dalam doa tersebut telah terkumpul permohonan kebaikan di dunia dan akhirat.

Al-Hasan Al-Bashri mengatakan, "Kebaikan di dunia adalah ilmu dan ibadah. Kebaikan di akhirat adalah surga." Sufyan Ats-Tsauri mengatakan, "Kebaikan di dunia adalah ilmu dan rizki yang thoyib. Sedangkan kebaikan di akhirat adalah surga."

Doa merupakan bagian dari dzikir atau termasuk dzikir, bahkan doa termasuk dzikir yang paling utama.

Diriwayatkan dari Al-Jashshosh, dari Kinanah Al-Qurosy, dia mendengar Abu Musa Al-Asy'ariy mengatakan pada saat berkhutbah di hari An-Nahr (Idul Adha), "Tiga hari setelah hari An-Nahr (yaitu hari-hari Tasyrik), itulah yang disebut oleh Allah dengan ayyam ma'dudat (hari yang terbilang). doa pada hari tersebut tidak akan tertolak (pasti terkabul), maka segeralah berdoa dengan berharap pada-Nya.

Banyaklah Bersyukur pada Allah di Hari Tasyrik

Pada hari Tasyrik terkumpul berbagai macam nikmat badaniyah dengan makan dan minum, juga terdapat nikmat qolbiyah (nikmat hati) dengan berdzikir kepada Allah. Sebaik-baik hati adalah yang sering berdzikir dan bersyukur. Dengan demikian nikmat-nikmat tersebut akan menjadi sempurna.
Jika kita diberi taufik untuk mensyukuri nikmat, maka syukur yang baru itu sendiri adalah nikmat. Sehingga perintah syukur selamanya tidak akan usai.

Seorang penyair mengatakan:

Idza kana syukri ni'matallah ni'matan, 'alayya lahu fi mitsliha yajibusy syukr

Jika mensyukuri nikmat Allah adalah nikmat, maka karena nikmat semisal inilah, kita wajib bersyukur pula.

Makan dan Minum di Hari Tasyrik untuk Memperkuat Ibadah

Hari Tasyrik disebut dengan hari makan dan minum, juga dzikir kepada Allah. Hal ini pertanda bahwa makan dan minum di hari raya seperti ini dapat menolong kita untuk berdzikir dan melakukan ketaatan pada-Nya. Dengan inilah semakin sempurna rasa syukur terhadap nikmat karena dapat menolong melakukan ketaatan kepada Allah. Oleh karena itu, barangsiapa menggunakan nikmat Allah untuk bermaksiat, berarti dia telah kufur pada nikmat.

Maksiat inilah yang nantinya akan menghilangkan nikmat. Sedangkan bersyukur pada Allah itu akan menghilangkan bencana.

Semoga kita dimudahkan untuk beramal saleh dan selalu dimudahkan mendapat ilmu yang bermanfaat, juga semoga kita termasuk hamba Allah yang bersyukur atas segala nikmat.

Penulis : Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal (Pengasuh Web rumaysho.com)

Artikel www.KonsultasiSyariah.com

Kata Kunci Terkait: ebook kurban, amalan tasyrik, kurban, akikah, hari-hari tasyrik, hari tasyrik, jual kambing kurban, daging kurban