Rabu, 05 Oktober 2011

Tegar Di Atas Sunnah

Tegar Di Atas Sunnah


Sekilas Tentang Syaikh Muhammad Shalih al Munajjid

Posted: 05 Oct 2011 05:00 PM PDT

Beliau adalah Syaikh Muhammad Shalih al Munajjid. Adalah keliru orang menuliskan nama beliau dengan Muhammad bin Shalih al Munajjid, yang benar nama beliau itu dobel yaitu Muhammad Shalih.

Beliau lahir pada tanggal 30 Dzulhijjah 1380 H.

Beliau menyelesaikan jenjang pendidikan formal beliau dari SD sampai SMA di kota Riyadh. Kemudian beliau berpindah ke kota Zhahran untuk kuliah dan menyelesaikan studi S1 beliau di bidang menejemen industri. Jurusan ini beliau ambil karena keinginan keluarga beliau.

Beliau menghadiri majelis kajian-kajian Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz, Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin dan Syaikh Abdullah bin Abdurrahman al Jibrin. Guru yang paling banyak beliau timba ilmunya dengan metode sorogan kitab adalah Syaikh Abdurrahman bin Nashir al Barrak. Beliau memperbaiki bacaan al Qur'an beliau di hadapan Syaikh Said alu Abdullah.

Beliau juga banyak menimba ilmu dari Syaikh Shalih bin Fauzan al Fauzan, Syaikh Abdullah bin Muhammad al Ghunaiman, Syaikh Muhammad Walad Sayyidi asy Syinqithi, Syaikh Abdul Muhsin az Zamil dan Syaikh Abdurrahman bin Shalih al Mahmud.

Ulama yang paling banyak timba ilmunya melalui jawaban-jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh Syaikh Muhammad Shalih al Munajjid adalah Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz. Komunikasi yang terjalin antara beliau dengan Syaikh Ibnu Baz sampai berlangsung selama 15 tahun lamanya. Ibnu Baz lah yang mendorong beliau untuk mengajar di bangku kuliah formal. Ibnu Baz lah yang mengirim surat kepada kantor dakwah di kota Dammam agar menjadikan beliau sebagai pemateri berbagai ceramah umum, khutbah Jumat dan kajian intensif yang diadakan oleh kantor dakwah. Dengan sebab Ibnu Baz beliau menjadi imam masjid dan khatib di Masjid Umar bin Abdul Aziz di kota al Khabar KSA dan dosen ilmu-ilmu keagamaan.
Beliau adalah imam dan khatib masjid Umar bin Abdul Aziz di kota Khabar KSA. Beliau adalah orang yang sangat semangat berdakwah melalui kajian kitab dan ceramah umum yang beliau sampaikan di masjid beliau

Berikut ini adalah jadwal kajian beliau di masjid yang beliau ampu:

Pertama, kajian harian setelah shalat Shubuh kecuali pada hari Jumat dengan materi Tafsir Ibnu Katsir, Sunan Tirmidzi dan membaca fatwa-fatwa Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah.
Kedua, kajian pekanan pada hari Ahad setelah shalat Maghrib dengan materi Umdah al Ahkam karya Ibnu Qudamah al Maqdisi

Ketiga, kajian umum dua mingguan pada hari Rabu setelah shalat Isya dengan tema ‘Silsilah al Muhadharat at Tarbawiyyah’.

Jika liburan musim panas beliau menyampaikan materi dasar-dasar akidah selama tiga hari setiap pekannya yaitu hari Sabtu, Senin dan Rabu sehabis shalat Maghrib di masjid beliau.
Beliau juga memiliki kajian bulanan di Riyadh dan Jeddah

Beliau juga merupakan pemateri rutin di Radio al Quran al Karim setiap pekannya dalam program acara:

Pertama, Baina Nabi wa Ashhabihi yang disiarkan setiap Sabtu jam 14:05 waktu Saudi yang siaran ulangnya bisa disimak pada hari selasa berikutnya

Kedua, Khuthuwat 'ala Thariq al Ishlah yang disiarkan pada hari Rabu jam 13:00 yang siaran ulangnya dipancarkan pada hari Senin jan 18:45.

Beliau juga aktif di berbagai program keagamaan di televisi. Beliau memiliki rekaman kajian dalam berbagai topik sebanyak 4500 jam yang merupakan hasil dari antusias beliau dalam berdakwah dalam kurun waktu 23 tahun lamanya.

Beliau tergolong pioner dalam dakwah via internet melalui www.islamqa.com yang didirikan sejak tahun 1996 dan terus aktif hingga saat ini.

Disamping itu beliau juga memiliki karya dalam bentuk yang banyak diantaranya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

Referensi:

http://www.islamqa.com/ar/ref/islamqapages/5

http://www.alsalafway.com/cms/trajem.php?action=scholar&id=44

 

Simak kisah menarik yang terjadi antara Syaikh Muhammad Shalih al Munajjid dengan Syaikh Ibnu Baz di sini:

http://qiblati.com/syaikh-al-munajjid-hakikat-yang-tersembunyi.html

 

Versi Arab dari kisah pada tautan di atas bisa dibaca di tautan berikut ini:

http://www.ahlalhdeeth.com/vb/showthread.php?t=144001

 

Simak juga dialog tentang Syaikh Muhammad Shalih al Munajjid di kolom komentar dari artikel yang ada pada tautan berikut:

http://abul-jauzaa.blogspot.com/2011/02/bolehkah-mengalokasikan-zakat-ke.html

Artikel Terkait

KonsultasiSyariah: Hukum Bercelak Bagi Laki-laki

KonsultasiSyariah: Hukum Bercelak Bagi Laki-laki


Hukum Bercelak Bagi Laki-laki

Posted: 05 Oct 2011 07:05 PM PDT

Hukum memakai mata untuk laki-laki

Pertanyaan, ‘Bagaimana hukumnya bila seorang laki-laki bercelak mata?’

Ade (kuXXXXX@yahoo.co.id)

Hukum bercelak bagi laki-laki

Bismillah, was shalatu was salamu ‘ala rasulillah

Ulama berselisih pendapat tentang hukum bercelak untuk laki-laki:

Dianjurkan bercelak dengan ismid secara mutlak. Ini adalah pendapat madzhab syafi'iyah dan madzhab hambali.

Dibolehkan bercelak bagi lelaki untuk tujuan berdandan. Ini adalah pendapat yang dinukil dari Imam Malik
Dimakruhkan bercelak bagi lelaki untuk tujuan berdandan, dan dibolehkan untuk selain berdandan. Ini adalah pendapat madzhab hanafiyah.

Haram bercelak bagi lelaki untuk tujuan berdandan, dan dibolehkan untuk selain berdandan. Ini adalah pendapat madzhab malikiyah.

(Ahkam Az-Zinah, 2:511 – 516)

Penjelasan Syaikh Muhammad bin Shaleh Al-Utsaimin Hukum bercelak bagi laki-laki:

Untuk masalah bercelak dengan tujuan memperindah mata, apakah ini disyariatkan untuk laki-laki ataukah hanya untuk wanita?

Jawaban, ‘Yang dzahir, ini hanya disyariatkan untuk wanita saja. Sementara laki-laki, tidak butuh untuk memperindah matanya. Ada yang mengatakan, ini juga disyariatkan untuk laki-laki…. Ada juga yang berpendapat bahwa jika ada cacat pada mata seseorang yang butuh untuk diberi maka disyariatkan baginya bercelak. Jika tidak ada maka tidak perlu bercelak.’ (As-Syarhul Mumthi’, 1: 101)

Kesimpulan hukum bercelak bagi laki-laki:

Bahwa dalam bercelak ada dua tujuan:

Pertama, dalam rangka memperindah mata. Untuk tujuan ini, lelaki tidak butuh. Bahkan ada sebagian ulama yang melarang. Karena itu, sebaiknya ditinggalkan.
Kedua, bercelak untuk tujuan lainnya, misalnya untuk pengobatan, para ulama menegaskan bolehnya hal ini.
Allahu a’lam.

Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasi Syariah)

Artikel www.KonsultasiSyariah.com

Artikel yang berkaitan dengan hukum bercelak: Hukum memakai celak saat puasa.

Kata Kunci Terkait: indah dengan celak, bercelak, mata indah, celak, celak herbal

Hukum Makan Kepiting

Posted: 05 Oct 2011 12:14 AM PDT

haram atau halal ?

Pertanyaan, “Apa hukumnya makan kepiting?”

Abdillah (bembXXXXXX@gmail.com)

Makan Kepiting

Alhamdulillah was shalatu was salamu ‘ala Rasulillah, wa ba’du..
Hukum asal semua binatang laut adalah halal. Sebagaimana firman Allah,

أُحِلَّ لَكُمْ صَيْدُ الْبَحْرِ وَطَعَامُهُ مَتَاعًا لَكُمْ وَلِلسَّيَّارَةِ

"Dihalalkan bagi kalian untuk memburu hewan laut (ketika ihram) dan bangkai hewannya, sebagai kenikmatan bagi kalian dan sebagai (bekal) bagi para musafir…" (Q.s. Al-Maidah: 96)

Imam Bukhari menyebutkan satu riwayat dari beberapa sahabat:
Abu Bakr radliallahu ‘anhu mengatakan, "Bangkai ikan halal." Ibn Abbas mengatakan: "Yang dimaksud kata ‘tha’amuhu‘ = bangkainya, kecuali yang kotor." Syuraih – salah seorang sahabat – mengatakan, "Segala sesuatu yang di laut, (jika mati) sudah (dianggap) disembelih." (Shahih Bukhari, 5/2091)

Dalil lain adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika ditanya tentang hukum dengan laut, beliau menjawab,

هُوَ الطَّهُورُ مَاؤُهُ الْحِلُّ مَيْتَتُهُ

"Laut itu suci airnya dan halal bangkainya." (H.r. Turmudzi 69, Abu Daud 83 dan dishahihkan Al-Albani dalam Al-Irwa’, 1/42)

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda, "Apa yang Allah halalkan dalam kitab-Nya maka itu halal, dan apa yang Dia haramkan maka itu haram. Adapun benda yang didiamkan (tidak dijelaskan hukumnya) maka itu adalah ampunan, karena itu terimalah ampunan dari Allah. Karena Allah tidak lupa." (H.r. Baihaqi 20216 dan dishahihkan Al-Albani dalam As-Shahihah 2256)

Berdasarkan keterangan di atas maka makan udang, kepiting, semuanya adalah halal dan tidak ada halangan, berdasarkan keumuman dalil yang menunjukkan bolehkan makan hewan buruan laut. Namun jika hewannya beracun atau bisa membahayakan bagi orang yang mengkonsumsinya maka hukumnya haram, karena makan hewan ini berbahaya bukan karena haram zatnya.

Referensi: http://www.islamqa.com/ar/ref/126343

Dijawab oleh Ustadz Ammi Nur Baits (Dewan Pembina Konsultasi Syariah)

Artikel www.KonsultasiSyariah.com

Artikel terkait: Apa Hukum Makan Kepiting?

Kata Kunci Terkait: makan kepiting, masak kepiting, ikan laut, hukum kepiting, makhluk laut